Apakah Anda Membutuhkan Gelar Konstruksi?

2025

Written by Charlie Fitzgibbon
Oleh Charlie Fitzgibbon, Profesional Konstruksi

Mari saya mulai dengan sebuah cerita. Pada usia 15 tahun, saya sudah selesai sekolah. Bukan “selesai” dalam arti lulus, memakai jubah dan toga (percayalah, saya bukan anak yang luar biasa berbakat) – selesai dalam arti saya adalah keluar dari gerbang sekolah untuk terakhir kalinya, siap menukar buku dengan batu bata.

Pekerjaan tetap pertama saya? Menyapu serbuk kayu, mengangkat papan gipsum, dan membawa kopi ke tempat  konstruksi.

Selama sekitar satu dekade berikutnya, saya menyelesaikan trade apprenticeship, bekerja beberapa tahun pada peralatan, dan maju ke manajemen. Saya akhirnya bekerja sebagai manajer proyek dari sisi klien di salah satu perusahaan konsultan konstruksi terkemuka di dunia. Namun, ada satu hal yang selama ini belum pernah saya lakukan — menginjakkan kaki di universitas.

Beberapa tahun kemudian, saat memulai perusahaan konstruksi saya sendiri, saya memutuskan untuk mengambil risiko dan menyelesaikan gelar sarjana di bidang manajemen konstruksi.

Namum, apakah itu benar-benar perlu? Apakah gelar itu membantu karier saya? Apakah saya belajar hal baru? Lagipula, saat itu, saya telah bekerja selama lebih dari satu dekade di industri ini tanpa pernah ada yang menanyakan kualifikasi apa yang saya miliki.

Jadi, apakah Anda memerlukan gelar konstruksi untuk berhasil dalam bisnis ini? Tidak harus. Tetapi haruskah Anda? Yah, itu tergantung. Mari kita uraikan.

Artikel ini mencakup:

Sekolah Konstruksi Sebenarnya: Lokasi Kerja

Yang perlu diperhatikan di dalam dunia konstruksi adalah bahwa ini bukan karier yang cocok untuk semua orang. Tidak ada satu jalur pasti menuju kesuksesan. Sebagian orang memasuki industri ini dengan ijazah yang cemerlang, sementara yang lain—seperti saya—menempuh jalan yang indah lewat… parit. Dan ya, maksud saya parit yang sesungguhnya.

Saya yakin kedua cara tersebut memiliki manfaat, dan keduanya memiliki kekurangan, namun, yang penting adalah tidak ada cara yang benar atau salah dalam melakukan sesuatu.

Saat saya mulai, saya bahkan tidak bisa membedakan antara balok dan kusen. Tapi itu bukan masalah besar—karena dalam dunia konstruksi, pendidikan terbaik bukan berasal dari ruang kuliah, melainkan dari lapangan langsung.

Saat pertama kali terjun ke dunia konstruksi, saya sangat sadar betapa awamnya saya. Waktu itu saya masih remaja, berusaha keras agar tidak terlihat bodoh saat mendorong gerobak di sekitar lokasi proyek. Sementara itu, para pekerja berpengalaman di sekitar saya membuat semuanya terlihat begitu mudah.

Dan yang saya pelajari sambil menyeruput teh dan menyantap roti dari kantin adalah bahwa satu-satunya cara untuk menguasai keterampilan ini adalah dengan melakukannya—berulang kali.

Dan ini bukan sekadar soal belajar cara menggunakan alat atau membangun rumah. Pengalaman praktis di lapangan membangun lebih dari sekadar keterampilan teknis—ia membentuk karakter, membangun hubungan, dan mengasah indra keenam untuk mengenali kapan seseorang mencoba mengambil jalan pintas (atau berpura-pura sibuk mencari pistol dempul selama satu jam).

Gelar Konstruksi: Alat Paling Berkilau di Kotak Peralatan

Jangan salah paham—gelar tentu punya tempatnya sendiri. Gelar memberikan landasan teoritis yang kuat: mulai dari hukum kontrak, beban struktural, keberlanjutan, hingga berbagai istilah menarik yang bisa membuat Anda terdengar pintar saat rapat.

Gelar juga bisa mempercepat karier Anda, terutama jika Anda ingin menempati posisi spesialis seperti manajemen proyek, perencanaan, atau survei kuantitas. Namun, berdasarkan pengalaman saya, meskipun pemberi kerja mungkin terkesan dengan selembar ijazah, mereka jarang benar-benar mensyaratkan—bahkan tidak selalu memintanya. Pada akhirnya, pertanyaannya sederhana: apakah Anda bisa mengerjakan tugasnya atau tidak? Dan di dunia konstruksi, tidak ada tempat untuk bersembunyi—kalau Anda tidak mampu menyelesaikan pekerjaan, itu akan terlihat jelas dalam hitungan menit.

Itu karena ada hal-hal yang tidak diajarkan di universitas—seperti cara menghadapi subkontraktor yang bersumpah akan datang ke lokasi “Senin pagi,” lalu baru muncul hari Kamis. Atau bagaimana membuat operator derek “sedikit lebih cepat” tanpa menyinggung perasaan mereka dan memicu drama di lokasi.

Construction Workers Looking at Drawings

Jenis Gelar Konstruksi dan Metode Studi

Tidak semua gelar di bidang konstruksi diciptakan sama. Gelar-gelar ini sama beragamnya dengan proyek yang akan Anda tangani—ada yang berfokus pada manajemen tim, ada pula yang lebih menekankan pada perhitungan dan analisis angka. Berikut adalah gambaran umum beberapa jenis gelar yang paling umum:

Manajemen Konstruksi

Inilah gelar yang saya ambil—dan menurut saya, ini adalah gelar yang sangat dibutuhkan bagi siapa pun yang ingin naik ke posisi manajemen proyek, manajemen operasional, atau peran yang berkaitan dengan kontrak. Program ini mencakup berbagai aspek, mulai dari operasional di lapangan, estimasi biaya, kesehatan dan keselamatan kerja, hingga sedikit dasar hukum. Jika Anda ingin menjadi seseorang yang memegang papan di lokasi dan membuat keputusan penting, maka gelar ini cocok untuk Anda.

Teknik Sipil atau Struktur

Gelar di bidang teknik sipil atau teknik struktur akan membawa Anda menyelami sisi teknis dunia konstruksi. Anda akan mempelajari desain struktur, ilmu material, serta cara memastikan bahwa bangunan yang kita dirikan mampu bertahan menghadapi angin, hujan, hingga gempa bumi.

Survei Kuantitas

Gelar ini ditujukan untuk mereka yang ahli dalam angka. Survei kuantitas berfokus pada pengendalian biaya, pengadaan, dan pengelolaan kontrak. Jika Anda termasuk tipe yang gemar menggunakan spreadsheet dan memastikan proyek tetap sesuai anggaran, gelar ini bisa jadi pilihan yang tepat untuk Anda.

Arsitektur dan Teknologi Arsitektur / Teknologi Pembangunan

Bagi para kreator, gelar arsitektur memadukan seni dan sains—mengajarkan Anda cara merancang bangunan yang tidak hanya indah, tetapi juga fungsional. Sementara itu, teknologi arsitektur lebih menekankan pada sisi teknis: bagaimana mewujudkan desain tersebut menjadi kenyataan.

Konstruksi Berkelanjutan

Gelar seperti konstruksi lingkungan atau desain berkelanjutan berfokus pada topik-topik seperti praktik bangunan hijau, efisiensi energi, dan pengurangan jejak karbon dalam konstruksi. Masa depan bergerak ke arah ini—dan jika Anda punya kepedulian terhadap kelestarian bumi, ini adalah kesempatan yang layak untuk dimanfaatkan.

Cara Belajar Konstruksi: Memilih Jalur yang Tepat

Sama seperti tidak ada satu gelar yang cocok untuk semua orang, tidak ada satu cara belajar yang berlaku untuk semua. Baik Anda baru memulai karier maupun sedang menyeimbangkan pekerjaan dan kehidupan, selalu ada jalur belajar yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan Anda.

Studi Penuh Waktu / Full-Time Study

Rute Klasik. Gelar penuh waktu di universitas atau perguruan tinggi biasanya berlangsung selama tiga hingga empat tahun. Anda akan mengikuti kuliah, ujian, dan—jika programnya berkualitas—menjalani satu tahun penempatan kerja untuk mendapatkan pengalaman langsung di dunia nyata. Ini adalah cara tercepat untuk memperoleh kualifikasi, namun membutuhkan komitmen penuh untuk mengikuti perkuliahan dalam jangka waktu tertentu.

Studi paruh waktu / Part-Time Study

Jika Anda sudah bekerja di industri ini, studi paruh waktu memberi Anda kesempatan untuk tetap menghasilkan sambil menempuh pendidikan. Kelas biasanya diadakan pada malam hari, akhir pekan, atau secara online, sehingga Anda bisa menyesuaikan waktu belajar dengan jadwal kerja Anda. Memang, jalur ini bisa memakan waktu lebih lama—lima hingga enam tahun dalam beberapa kasus—namun keuntungannya, Anda tidak perlu menghentikan karier untuk melanjutkan studi.

Magang / Internship

Pilihan berbasis praktik. Magang tingkat sarjana kini semakin populer di bidang konstruksi, karena menggabungkan pelatihan langsung di tempat kerja dengan studi di universitas. Anda akan bekerja bersama pemberi kerja, mendapatkan gaji, dan lulus dengan gelar di akhir masa magang.

Online Learning / Pembelajaran Daring dan Jarak Jauh

Ideal bagi yang membutuhkan fleksibilitas. Banyak universitas kini menawarkan gelar online yang memungkinkan Anda belajar dari rumah. Modul-modulnya sering kali fleksibel dan dapat disesuaikan dengan kecepatan belajar Anda sendiri, sehingga Anda bisa menyelesaikan tugas kuliah sesuai jadwal sendiri. Namun, dibutuhkan kedisiplinan—karena tanpa pengawasan langsung, mudah sekali untuk tertinggal.

Pilihan Studi Mana yang Tepat untuk Anda?

Memilih gelar dan metode belajar yang tepat bergantung pada posisi karier Anda saat ini dan arah yang ingin Anda tuju. Jika Anda baru lulus sekolah dan siap berkomitmen penuh, kuliah penuh waktu / full time bisa menjadi jalur yang paling langsung. Namun, jika Anda sudah terjun di industri ini, studi paruh waktu, program magang, atau pembelajaran jarak jauh memungkinkan Anda mengembangkan keterampilan tanpa harus menghentikan langkah yang sudah berjalan.

Keindahan dari dunia konstruksi adalah keterbukaannya terhadap berbagai tipe pembelajar. Apa pun jalur yang Anda pilih, yang terpenting adalah memastikan bahwa pilihan tersebut sejalan dengan tujuan, gaya hidup, dan ambisi Anda.

Construction drawings

(unsplash.com)

Perjalanan Saya dalam Gelar Konstruksi

Ketika saya akhirnya kembali ke bangku kuliah—tepatnya untuk belajar manajemen konstruksi—saya cukup terkejut melihat keberagaman orang-orang di dalam kelas. Tentu, ada banyak mahasiswa yang baru saja lulus dari SMA. Tapi, seperti saya, ada juga cukup banyak yang sudah lebih dulu terjun ke industri ini.

Salah satu pertanyaan yang mungkin muncul adalah: “Mengapa saya repot-repot mengambil gelar itu?” Jawabannya sederhana—dua alasan:

  • Saya ingin menjadi lebih baik di bidang pekerjaan saya. Istilah seperti penganggaran, tender, dan perencanaan memang sering saya dengar, tapi saya belum benar-benar memahaminya—tidak seperti pekerjaan teknis yang sudah biasa saya lakukan di lapangan.
  • Saya rasa tidak ada salahnya punya selembar kertas yang berkata, “Hei, saya tahu apa yang saya lakukan di bidang ini.” Meskipun pada akhirnya, mungkin tidak ada yang benar-benar peduli.

Lucunya, selama kuliah, beberapa kali saya menggumam, “Lho, saya sudah tahu ini!” karena saya pernah mengalaminya langsung. Dan juga beberapa kali, saya berpikir, “Mengapa tidak ada yang memberi tahu saya hal ini sejak dulu?” karena akhirnya saya memahami alasan di balik berbagai hal yang selama ini saya ikuti begitu saja tanpa banyak bertanya.

Apakah gelar itu membuat saya lebih baik dalam pekerjaan? Iya, tapi jujur saja—hal itu lebih disebabkan oleh pengalaman bertahun-tahun yang telah saya jalani—hingga rasanya terlalu kompleks untuk dijabarkan satu per satu.

Gelar Konstruksi: Perlu atau Tidak?

Jadi, kembali pada pertanyaan utama: apakah seseorang membutuhkan gelar di bidang konstruksi? Berikut pandangan saya.

Apabila Anda telah lama berkecimpung di industri ini, memiliki pengalaman lapangan, menunjukkan etos kerja yang kuat, dan mampu membangun jaringan profesional yang baik, maka gelar mungkin bukan suatu keharusan. Pengalaman praktis sering kali menjadi aset yang tak ternilai dan mampu membuka banyak peluang.

Namun, bagi mereka yang baru memulai karier atau bercita-cita untuk menempati posisi senior di perusahaan besar, gelar akademis dapat menjadi alat yang efektif untuk mempercepat kemajuan karier dan membuka akses ke lebih banyak kesempatan.

Gelar dapat diibaratkan seperti perkakas listrik. Alat ini mungkin tidak melakukan hal yang benar-benar tidak bisa dilakukan oleh perkakas tangan tradisional, tetapi jelas mampu menyelesaikan pekerjaan dengan lebih cepat dan efisien. Meski demikian, setiap profesional yang kompeten tetap memahami pentingnya keterampilan dasar—sebagaimana seorang quantity surveyor yang terampil dan percaya diri dalam menggunakan pena merah untuk meninjau dan mengoreksi dengan cermat.

Kuncinya adalah keseimbangan. Jangan biarkan ketiadaan gelar menjadi penghalang, namun juga jangan sampai gelar membuat Anda merasa tak perlu bekerja keras. Dunia konstruksi layaknya sebuah tim olahraga—setiap orang harus berkontribusi. Rasa hormat diperoleh melalui kerja keras dan komitmen, bukan semata-mata dari gelar atau penghargaan.

Namun, jika Anda memiliki aspirasi untuk memasuki bidang-bidang spesialisasi seperti arsitektur, teknik, atau survei, menempuh pendidikan tinggi akan menjadi langkah krusial dalam membangun fondasi pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan.

Namun, hal ini bukan berarti Anda tidak dapat memulai karier di industri ini tanpa gelar sarjana. Tersedia berbagai pilihan studi yang fleksibel, memungkinkan Anda untuk tetap belajar sambil bekerja dan mengembangkan pengalaman secara bersamaan.

Catatan dari Saya di Usia 15 Tahun

Jika dipikir-pikir, saya yang berusia 15 tahun mungkin tidak akan terlalu memikirkan soal gelar. Saat itu, yang saya inginkan hanyalah bisa menghasilkan sedikit uang dan, mungkin suatu hari nanti, menjalankan proyek saya sendiri.

Kini, setelah lebih dari 15 tahun berkecimpung di industri ini, saya bisa mengatakan dengan penuh keyakinan: gelar bukanlah penentu utama keberhasilan karier. Yang benar-benar membentuk karier adalah sikap, pengalaman, dan kemauan untuk terus belajar. Jika di sepanjang perjalanan Anda memperoleh gelar, itu sebuah pencapaian yang patut diapresiasi. Namun jika tidak, jangan khawatir.

Jika Anda memutuskan untuk melanjutkan pendidikan, pastikan itu karena Anda benar-benar menginginkannya—bukan karena merasa harus.

Sebab pada akhirnya, dunia konstruksi tidak bergantung pada apa yang tercantum di atas kertas. Dunia ini dibangun oleh mereka yang hadir, menyelesaikan masalah, dan menciptakan sesuatu yang bertahan lama. Dan itulah hal yang paling dihargai oleh orang-orang dalam industri ini.